Jumat, 10 Mei 2013

MENCIUM PANTAT SAPI, MAU?

Dalam memimpin pesantren, KH. M. Hasyim Asy'ari sangat fleksibel. Tapi namanya santri, ada juga yang nakalnya kebangeten. Jika ada santri yang bandelnya 24 karat, Mbah Hasyim langsung memukul pakai tongkat. Kiai Muchit Muzadi, santri Mbah Hasyim yang masih hidup (semoga beliau dikaruniai usia panjang), pernah menjumpai Mbah Hasyim yang sangat marah melihat para santri berteriak-teriak di kamar mandi dan di sumur, padahal saat itu sudah waktunya shalat Jumat. Mbah Hasyim memukuli para santri ini. Tapi dasar santri mbeling, banyak juga yang lolos, meski lari terbirit-birit. Jika ada santri yang nakalnya minta ampun dan setelah beberapa kali diberi peringatan masih berulah, langsung diusir, biasanya pengurus yang bertugas menanganinya. Adapun jka santri masih dalam tahap nakal kumat-kumatan alias kambuhan maka ditangani oleh Mbah Hasyim. Santri yang nakal kambuhan ini bakal menerima takzir yang dahsyat: disuruh MENCIUM PANTAT SAPI dan disaksikan seluruh santri!!! Inna adzabi lasyadiid! Nah, suatu ketika Kiai Muchit bertemu seorang kiai dari Malang. Namanya Kiai Makin. "Saya ini dulu pernah punya teman mondok di Tebuireng, namanya Makin." kata Kiai Muchit bernostalgia. "Lho, ya saya ini si Makin." "Benarkah? Makin yang disuruh mencium bokongnya sapi itu?" Kiai Makin mengangguk sambil tergelak. Kedua santri Mbah Hasyim ini tertawa geli mengingat peristiwa yang telah puluhan tahun berlalu itu. -- Diramu dari buku "Hadratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy'ari di Mata Santri (Wawancara dengan KH. Abdul Mucith Muzadi), hlm. 59 & 70.